Ulumu Al Quran, Lintasan Sejarah Ilmu Al Quran
Al Qu'an yang menjadi kitab paling akhir dan yang paling utama, penurunannya tidaklah secara langsung melainkan secara bertahap, sehingga pihak yang berada di dalam prosesnya dari awal hingga utuh sangatlah berpengaruh kuat.
Para sahabat nabi adalah orang-orang Arab murni, mampu mencerna kesusasteraan bermutu tinggi. Mereka dapat memahami ayat-ayat al Quran yang turun kepada Rasulullah saw. Jika menghadapi kesukaran dalam memahami sesuatu mengenai al Quran, mereka menanyakannya langsung kepada beliau. Misa1nya, pertanyaan mereka. ketika turun ayat: "dan tidak mencampur iman mereka dengan kedzaliman" (al An'am, 82). Mereka bertanya kepada beliau: "Siapakah di antara kita yang tidak pernah dzalim terhadap diri sendiri". ? Rasulullah dalam jawabannya menafsirkan kata "kedhaliman" pada ayat tersebut dengan "syirik", dan sebagai da1il beliau menunjuk firman Al1ah Swt dalam surah Luqman, 13 yang menegaskan: "Sungguhlah bahwa syirik adalah kedhaliman yang amat besar".
Kepada beliau Allah Swt te1ah menurunkan Kitab suci a1 Quran dan mengajar dan kepada beliau segala sesuatu yang tidak beliau ketahui sebelumnya. Karunia Allah kepada beliau sungguh teramat besar. Pada masa hidup Rasulullah dan masa berikutnya, pada zaman generasi para sahabat Nabi, tidak ada kebutuhan sama sekali untuk menulis atau mengarang buku-buku tentang i1mu al Quran.
Sebagian besar para sahabat Nabi terdiri dari orang-orang buta huruf, dan alat tulis-menulis pun tidak dapat mereka peroleh dengan mudah. Itu merupakan halangan bagi kegiatan menulis buku tentang i1mu al Quran. Selain itu Rasulul1ah sendiri melarang para sahabatnya menulis sesuatu yang bukan al Quran. Pada masa permulaan turunnya wahyu be1iau mewanti-wanti: "Janganlah kalian menulis sesuatu tentang diriku. Siapa yang sudah menulis tentang diriku, bukan al Quran, hendaklah menghapusnya. Tak ada salahnya bila kalian berbicara mengenai diriku. Namun, siapa yang sengaja berbicara bohong mengenai diriku, hendaknya ia siap menempali tempatnya didalam neraka".
Larangan beliau itu didorong kekhawatiran akan terjadinya pencampuran al Quran dengan hal-hal lain yang bukan dari al Quran.
Pada zaman hidupnya Rasulullah maupun pada zaman berikutnya, yakni zaman kekhalifahan Abubakar dan 'Umar radhiyallahu 'anhuma, i1mu al Quran masih diriwayatkan melalui penuturan secara lisan. Ketika zaman kekha1ifahan 'Utsman ra dimana orang Arab mulai bergaul dengan orang-orang non Arab, pada saat itu 'Utsman memerintahkan supaya kaum mus1imin berpegang pada mushaf induk dan membuat reproduksi menjadi beberapa buah naskah untuk dikirim ke daerah-daerah. Bersamaan dengan itu ia memerintahkan supaya membakar semua mushaf lainnya yang ditulis orang menurut caranya masing-masing. Riwayat terinci mengenai hal itu dan sebab-sebab pendorongnya te1ah kami kemukakan pada bagian terdahulu. Yang perlu kita ketahui sekarang, dengan memerintahkan reproduksi naskah al Quran berarti 'Utsman ra meletakkan dasar yang di kemudian hari terkenal dengan nama 'Ilmu Rasmil al Quran atau 'Ilmu-Rasmil- 'Utsmani (ilmu tentang penulisan al Quran).
2. Perihal kisah 'Adi' bin Hatim, itu merupakan peristiwa individual yang tidak dapat dipukul-ratakan pada semua sahabat Nabi. Karena itu1ah Rasulullah berkata kepadanya:
"Bantalmu memang lebar", kata sindiran yang berarti "pandir". Al Qadhi 'Iyadh tidak membenarkan arti tersebut. Ia berpendapat bahwa yang dimaksud adalah "engkau terlalu gemuk", atau sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Bukhari, yaitu "Langkah kakimu sangat lebar". Lihat: Shahih Mus1im dengan syarh (uraian) Nawawi jilid VII, hal 210. Kisah peristiwa 'Adi' didalam Shahih Muslim bab "Shiyam", adalah sebagai berikut: Ketika turun ayat: ".... hingga tampak jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar". 'Adi berkata: "Ya Rasulullah. akan kuletakkan dua buah 'iqal (semacam ikat kepala) di bawah bantalku, yan gsatu putih dan yang lain hitam. dengan begitu aku dapat membedakan siang dari malam". Saat itu Rasulullah menjawab: "Bantalmu memang lebar ! Yang dimaksud "hitam" adalah "malam" dan yang dimaksud "putih" adalah "siang".
3. Hadits diketengahkan oleh Muslim di dalam Shahihnya Jilid VIII hal.229, berasal dari Abu Sa'id al Khudri. Bandingkan dengan Buku kami yang berjudul "Ulumu al Hadits Wa-Mushthalahulu halaman 8.
Selain itu 'Ali bin Abi Thalib ra. juga terkenal dengan perintahnya kepada Abul-Aswad ad-Duali (wafat tahun 69 H.) supaya meletakkan kaidah pramasastra bahasa Arab guna menjaga corak keasliannya. Dengan perintahnya itu berarti pula 'Ali bin Abi Thalib ra. adalah orang yang meletakkan dasar i1mu I'rabul-Qur'an.
Dapatlah kami katakan, para perintis i1mu tersebut:
1. Empat orang Khalifah Rasyidun (Abubakar, 'Umar, 'Utsman dai'Ali), Ibnu "Abbas, Ibnu Mas'ud, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka'ab, Abu Musa al-Asy'ari dan 'Abdullah bin Zubair5. Mereka itu dari ka1angan para sahabat Nabi.
2. Mujahid, 'Atha bin Yassar, 'Ikrimah, Qatadah, Hasan Bashri, Sa'id bin Jubair, dan Zaid bin Aslam dari kaun Tabi 'in di Madinah.
3. Malik bin Anas dari kaum Tabi'i al Tabi'in (generasi ketiga kaum muslimin). la memperoleh i1munya dari Zaid bin Aslam.
Mereka itulah orang-orang yang meletakkan apa yang sekarang kita kenal dengan i1mu Tafsir, ilmu Asbabun-Nuzul, i1mu tentang ayat-ayat yang turun di Mekkah dan yang turun di Madinah, i1mu tentang Nasikh dan Mansukh dan i1mu gharibul-Qur' an (soal-soal yang memerlukan penta'wilan dan penggalian maknanya).
Pada masa kodifikasi Al-Qur'an, i1mu Tafsir berada di atas segala ilmu yang lain, karena ia dipandang sebagai induk i1mu al-Quran. Di antara orang-orang yang sibuk menekuni dan menulis buku mengenai bidang ilmu tersebut ialah:
Dari kalangan ulama abad ke-2 H.: Syu'bah bin Al-Hajjaj 6, Sufyan bin 'Uyainah 7 dan Waki'" bin Al-Jarrah 8 . Kitab-kitab Tafsir yang mereka tulis pada umumnya memuat pendapat -pendapat dan apa yang dikatakan oleh para sahabat Nabi dan kaum Tabi'in. Kemudian muncul pada zaman berikutnya. Ibnu Jarir Al Thabari. wafat lahun 310 H. Kitabnya merupakan kitab yang paling bennutu. karena banyak berisi riwayat-riwayat Hadits shahih ditu1is dengan rumusan yang baik. Kecuali itu juga berisi i'rab (pramasastra), pengkajian dan pendapat- pendapat yang berharga. Di samping tafsir yang ditulis menurut apa yang dikatakan oleh orang-orang terdahu1u, mulai muncu1 kitab-kitab tafsir yang ditu1is orang berdasarkan pendapat. Ada yang menafsirkan se1uruh isi al-Qur'an, ada yang menafsirkan sebagian saja (yakni satu juz), ada yang menafsirkan sebuah surah dan ada pula yang menafsirkan hanya satu atau beberapa ayat khusus, seperti ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Kitab-kitab lainnya mengenai i1mu al-Qur'an yang te1ah ditulis orang ialah:
Dalam abad ke-3 H: 'Ali bin Al-Madani 9, guru Imam Bukhari, menulis kitab tentang asbabun-nuzul. Abu 'Ubaid al-Qasim bin Salam menulis tentang nasikh dan mansukh, qira'at dan fadha'ilul Qur'an (keutamaan dan keistimewaan al-Qur.an). Muhammad bin Ayyub adh-Dharis (wafat 294 H) menulis tentang kandungan ayat-ayat yang turun di Mekkah dan di Madinah1o; dan Muhammad bin Kha1af bin Murzaban (wafat 309 H) menulis kitab berjudul Al-Hawi Fi 'Ulumil Qur'an11 (Yang Terkandung Dalam Ilmu al Quran).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar